DPRD Kutim Dorong Penguatan Akses ke Gunung Beriun: Jalur Lama Butuh Perbaikan Serius

oleh -573 Dilihat
oleh

Sangatta – Akses menuju Gunung Beriun kembali menjadi sorotan Anggota DPRD Kutai Timur, Aldriansyah. Ia menegaskan bahwa tanpa perbaikan akses yang memadai, mustahil bagi kawasan pendakian ini berkembang menjadi destinasi wisata unggulan, meski potensi alamnya sangat besar. Menurutnya, antusiasme pendaki, termasuk dari mancanegara, seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk bergerak lebih cepat.

Gunung Beriun yang berada di Kecamatan Karangan selama ini dikenal memiliki medan yang menantang, baik bagi pendaki maupun masyarakat yang ingin menjadikannya objek wisata. Jarak tempuh yang jauh, minimnya infrastruktur pendukung, serta kondisi jalur tanah yang mudah rusak saat musim hujan membuat kunjungan wisatawan tidak stabil.

Aldriansyah mengingatkan bahwa jalur pendakian Gunung Beriun bukanlah hal baru. Pada 2022, komunitas pendaki lokal sempat membuka akses resmi yang memungkinkan pendaki mencapai puncak. Namun, karena lama tidak digunakan dan minimnya perawatan, jalur tersebut kembali tertutup oleh vegetasi.

“Proses pembukaannya itu berat sekali. Jalurnya lama tertutup, sehingga ketika dibersihkan butuh tenaga dan waktu yang tidak sedikit,” kata Aldriansyah.

Upaya relawan dan komunitas pendaki baru-baru ini membuka kembali jalur tersebut dianggap sebagai langkah positif. Terlebih, setelah adanya kedatangan pendaki internasional, termasuk dari Palestina, Gunung Beriun mulai mendapatkan perhatian publik.

“Kalau sampai orang dari luar negeri datang dan mendaki langsung, itu artinya kita punya spot wisata yang bernilai. Tinggal bagaimana aksesnya diperbaiki,” ujarnya.

Saat ini, akses menuju area kaki Gunung Beriun masih berupa jalur tanah berbatu dan licin. Pada musim penghujan, kendaraan roda empat bahkan kerap kesulitan melintas, sementara motor pun harus ekstra berhati-hati.

Kondisi ini membuat pengembangan wisata menjadi tidak maksimal. Wisatawan yang ingin mendaki harus mengalokasikan waktu dan tenaga lebih hanya untuk mencapai titik awal pendakian, sehingga hanya pendaki berpengalaman yang tertarik datang.

“Akses itu kunci. Tanpa akses yang layak, potensi sebesar apa pun tidak akan berkembang. Kita harus memastikan jalan menuju Gunung Beriun bisa dinikmati warga biasa, bukan hanya pendaki profesional,” tegas Aldriansyah.

Aldriansyah menyampaikan bahwa peningkatan akses tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Perlu ada dasar hukum yang kuat agar anggaran dapat diarahkan dengan tepat. Karena itu, ia mendorong agar pengembangan akses wisata Gunung Beriun dimasukkan dalam pembahasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang saat ini sedang diproses pemerintah daerah.

“Kalau sudah masuk kawasan wisata dalam RTRW, pemerintah punya dasar hukum kuat untuk bangun jalan dan fasilitas pendukung. Itu yang harus kita dorong bersama,” katanya.

Dengan status kawasan wisata yang diperjelas dalam RTRW, pemerintah bisa melaksanakan pembangunan jalan, titik parkir, papan petunjuk, hingga pos keamanan bagi pendaki.

Selain memperbaiki infrastruktur, Aldriansyah menilai bahwa pengembangan wisata Gunung Beriun harus melibatkan masyarakat lokal di Karangan. Ia menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti penyediaan jasa pemandu lokal, homestay, dan produk UMKM yang bisa menjadi bagian dari ekosistem wisata.

“Masyarakat lokal harus jadi bagian utama. Mereka yang paling tahu medan, paling dekat dengan lokasi, dan paling merasakan dampaknya. Pemerintah perlu memetakan wilayah dan menyiapkan desain pengembangan yang berpihak kepada warga.” ujarnya. (Adv)

Baca terus artikel kami di GoogleNews

No More Posts Available.

No more pages to load.