Tradisi Megengan Sambut Ramadan 1445 Hijriah di Gang Musholla Dalam

oleh -979 views
oleh
Tradisi Megengan Sambut Ramadan 1445 Hijriah di Gang Musholla Dalam
Warga Gang Musholla Dalam, RT 50, Teluk Lingga, makan bersama di acara megengan

KUTIMPOST.COM, Sangatta – Tradisi Megengan Sambut Ramadan 1445 Hijriah di Gang Musholla Dalam. Indonesia mempunyai berbagai tradisi di setiap hari besarnya, termasuk Ramadan.

Salah satu tradisi yang saat ini masih dilakukan ialah acara selametan, atau yang biasa disebut dengan Megengan. Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Jawa untuk menyambut datangnya hari raya tersebut.

Kata megengan diambil dari bahasa Jawa yang berarti menahan atau ngempet. Acara ini digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadan.

Seluruh umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa.

Makna lain di balik acara Megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada acara-acara adat. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri.

Baca Juga :  Pemkab Kutim Geser Posisi Sembilan Pejabat Tinggi Pratama Awal Tahun 2024

Istilah apem diambil dari kata ngafwan atau ngafwun yang berarti permohonan maaf. Megengan merupakan alkuturasi budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongso saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa dan memiliki tujuan agar Islam dapat diterima oleh masyarakat.

Megengan digelar pada minggu terakhir bulan Sya’ban, terletak di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadan.

Megengan dilakukan sebagai wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadan. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan makanan yang dibuat oleh masyarakat, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal di sekelilingnya.

Baca Juga :  Peringati Hari Bhakti Adhyaksa Ke-63 Tahun, Kejari Kutim Gelar Donor Darah

Sebelum perayaan Megengan, orang-orang akan datang ke makam untuk berdoa dan menabur bunga yang dikenal dengan nyekar.

Tradisi Megengan dilaksanakan di masjid, mushola, langgar, atau pun dari rumah ke rumah. Kemudian, Megengan dimulai pada waktu petang dengan dihadiri tamu undangan yang bersila di atas tikar dihadapkan dengan ambengan sebagai sajian untuk acara Megengan.

Lalu si tuan rumah akan mengungkapkan keinginannya kepada sesepuh lingkungan yang kemudian akan dibacakan doa berisi keinginan tersebut. Setelah selesai dibacakannya doa, ambengan akan dibagikan kepada para tamu undangan.