Joni Soroti Aktivitas Tambang Yang Mengancam Habitat Satwa Liar

oleh -1,047 views
oleh

Sangatta – Penggalian tambang batu bara di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) semakin memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan. Namun, aktivitas pertambangan ini menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya adalah ancaman terhadap keberlangsungan satwa liar yang semakin kehilangan habitat alami mereka.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim, Joni, mengungkapkan keprihatinannya terkait berkurangnya habitat satwa liar akibat perluasan lahan tambang batu bara. Satwa-satwa tersebut kini semakin sering terlihat di jalan raya, mencari makanan dari pemberian masyarakat yang lewat.

“Kalau bisa dinas terkait perhatikan itu jugalah. Karena lama kelamaan pasti hutannya akan semakin berkurang dan mereka akan kesulitan mencari makan,” ujar Joni, saat ditemui awak media di Ruang Kerjanya, Kantor DPRD Kutim, Sangatta, Selasa (05/11/2024).

Baca Juga :  Lindungi dari Kerugian Gagal Panen, Faizal Rachman Usul Petani Diberi Asuransi

Joni juga mengungkapkan bahwa selain kerusakan habitat, dinas terkait perlu mengambil langkah konkret untuk memindahkan satwa liar ke daerah yang masih memiliki hutan lebat dan aman sebagai habitat alami mereka.

Meski ada peraturan yang melarang pemberian makanan kepada satwa liar di jalanan, beberapa orang yang merasa iba tetap memberi mereka makanan. Hal ini menjadi dilema, karena di satu sisi, peraturan tersebut melarang pemberian makanan, namun di sisi lain, satwa yang kelaparan terpaksa turun ke jalan untuk mencari makan.

“Mau gimana lagi, kan hutan mereka sudah semakin sempit. Mau tidak mau mereka turun ke jalan karena lapar. Memang ada peraturan melarang kasih makan, tapi kalau tidak dikasih makan, kasihan juga,” jelasnya.

Baca Juga :  Pembangunan Pelabuhan Kenyamukan Terancam, Anggota DPRD Kutim Ingatkan Bahaya Silpa

Joni menegaskan bahwa dinas terkait, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, harus turun tangan untuk mencari solusi yang dapat menjaga kelestarian satwa liar.

Ia meminta adanya koordinasi antara pihak dinas dan perusahaan tambang untuk mencari jalan keluar yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, tanpa mengorbankan ekosistem.

“Pastinya gara-gara perusahaan itu, jadi dinas terkait harus komunikasi dengan perusahaan itu, kan kasian juga satwanya lihat hutan semakin kecil. Kalau hutannya masih luas, mereka bisa cari makan, tapi sekarang sudah menipis,” pungkasnya.(Adv).

Baca terus artikel kami di GoogleNews