Keluarga Jadi Fondasi Awal Budaya Literasi di Era Digital

oleh -116 views
Literasi di Era Digital
banner 1024x768

KUTIMPOST.COM – Keluarga Jadi Fondasi Awal Budaya Literasi di Era Digital. Keluarga menjadi landasan pertama peningkatan literasi di era digital. Karena keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak.

Hal tersebut dijelaskan Wakil Kepala Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Adin Bondar.

“Keluarga merupakan pusat sosial dan madrasah pertama bagi tumbuh kembang otak anak. Oleh karena itu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, upaya peningkatan budaya belajar mempunyai tiga pilar, yaitu, keluarga; unit akademik dan umum,” kata Wakil Direktur Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Adin Bondar, dalam keterangan resmi.

Adin menjelaskan kecintaan belajar pada satuan pendidikan dikembangkan melalui sekolah dan universitas. Kemudian di komunitas ada program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). TPBIS telah dilaksanakan di 3.262 desa yang telah ditransformasikan dan melibatkan 3 juta warga miskin.

Baca Juga: Catat! Ini Kelompok Siswa yang Tak Bisa Daftar SNBT 2024, Siapa Saja?

Baca Juga :  Jarang Diketahui, Ini Perbedaan Sang Saka Merah Putih dan Bendera Merah Putih

Adin menjelaskan, survei terhadap 1.300 responden di seluruh Indonesia menunjukkan peningkatan positif. Tahun 2022 nilainya menjadi 63,9, tahun 2023 meningkat menjadi 66,7. “Ada peningkatan 2,8 poin, dan lama membaca rutin. Hasil penelitian 10 jam 19 menit, masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan membaca,” ujarnya.

Adin juga menjelaskan bahwa ke depan, dengan prediksi bonus demografi Indonesia Emas 2045, peran keluarga sangat penting dalam pengaturan literasi. Terdapat 84 juta anak yang akan menjadi yatim piatu pada tahun 2045.

“Gagasan peningkatan kemampuan membaca dan menulis merupakan sebuah pendidikan baru. “Perilaku masyarakat sudah berubah dari tradisional ke digital, hampir 78 persen sudah terkoneksi dengan internet,” ujarnya.

Peningkatan budaya membaca dan menulis dilakukan dengan tiga cara. Yakni, kecintaan masyarakat terhadap membaca, penguatan praktik literasi dan konten serta peningkatan akses terhadap perpustakaan berbasis keterlibatan masyarakat.

Baca juga: Tuan Rumah AICIS 2024, Kemenag Ajak Akademisi Bahas Peran Agama dalam Krisis Kemanusiaan Global.

Baca Juga :  Punya Nilai Fisika Bagus? Berikut 10 Jurusan Kuliah yang Cocok Daftar di Jalur SNBP

Harus ada kesadaran keluarga sejak dini bagaimana membangun sumber daya masyarakat yang berbasis keluarga. Ada tiga bagian yang dilakukan untuk memperkuat keterampilan belajar.

Yang pertama adalah kelompok pranikah. Mereka akan diajarkan bagaimana memahami dengan baik, membangun hubungan kekeluargaan yang kokoh, memahami reproduksi dan lain sebagainya. Agar mereka bisa menjadi keluarga bahagia setelah menikah.

Yang kedua adalah keluarga yang akan memiliki anak. Kelompok ini akan mendapat pelatihan tentang konten literasi yang ada. Mereka bertanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan mental dan emosional anak-anak.

Dan yang ketiga adalah tahap anak pada masa emas (golden age) yaitu 0-6 tahun. “Melalui promosi berbagai kegiatan keluarga,” ujarnya.

“Pembentukan manusia berkualitas tidak hanya di satuan pendidikan saja, tapi juga di kalangan orang tua. Keluarga terpilih akan kita jadikan contoh bagaimana percepatan kecintaan belajar dalam keluarga,” imbuhnya.