Urgensi TES PSIKOLOGI Untuk Memperoleh SIM
Banyak yang beranggapan jika membuat SIM itu sudah, menurut Edo Rusyanto tidak susah hanya kita saja yang tidak mau belajar.
“Sebenarnya tidak susah, bagaimana kita tidak belajar langsung ujian ya susah, tapi kalau belajar tentu berbeda lagi,” lanjutnya.
Dengan merubah mindset bahwa SIM bukan sebuah kewajiban, akan tetapi lebih kebutuhan tentu setiap individu mau mengupgrade dirinya sendiri.
Catatan dari data Kepolisian, tahun 2014 – 2018 hampir sekitar 59% kecelakaan dijalan raya korbannya tidak memiliki SIM.
Dengan adanya tes psikologi, akan mewujudkan dan memunculkan pengendara perilaku bertanggungjawab.
Pengendara akan mampu konsentrasi dan tidak sembrono dalam berkendara.
Sebab dijalan raya rawan sekali terprovokasi saat berkendara, seperti didahului maupun suara klakson yang berlebih.
Dengan adanya tes psikologi, diharap pengendara dapat mereduksi provokasi maupun emosinya.
Umumnya seseorang ketika terprovokasi emosinya, akan terganggu dan tidak akan fokus lagi saat berkendara.
Ketika konsentrasi terganggu, kemampuan untuk mengendalikan kendaraan mengantisipasi situasi, tereduksi juga menjadi rendah, peluang kecelakaan akan semakin besar.
Menurut data korlantas, 59% korban kecelakaan tidak memiliki SIM, padahal membuat SIM tidak mahal.
Saat kopetensi sudah dipegang dengan benar, akan mewujudkan perilaku bertanggungjawab.