Psikolog: Orang yang Suka Bully, Biasanya Dulunya Korban Bully

oleh -449 views
oleh
Suka Bully
banner 1024x768

KUTIMPOST.COM – Psikolog: Orang yang Suka Bully, Biasanya Dulunya Korban Bully. Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengatakan, keluarga dan lingkungan sekolah sangat penting dalam membangun kesehatan mental anak.

“Bagaimana anak bisa mempunyai energi yang kuat,” kata Asisten Wakil Presiden Bidang Pengendalian dan Penanganan Penyakit Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Nancy Dian Anggraeni pada Seminar Kedaruratan Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Nancy mengatakan, anak yang tinggal di lingkungan yang bersahabat akan mampu menghadapi permasalahan dan hambatan dengan baik. Seorang anak dengan ketahanan yang kuat dapat mengendalikan kondisi mentalnya dan mengurangi tingkat stres atau kecemasannya.

Menurutnya, keluarga dan sekolah merupakan organisasi yang mengembangkan karakter dan pemikiran anak dan harus berperan penting dalam membentuk karakter anak. Namun banyak kasus yang terjadi saat ini menunjukkan hal sebaliknya. Keluarga dan sekolah bahkan berkontribusi terhadap situasi yang tidak seharusnya dialami anak.

Baca Juga :  Tips Olahraga Tanpa Celana Dalam, Begini Kata Pakar

“Setahu saya banyak program yang menganjurkan untuk membangun keberanian, tapi sepertinya implementasinya belum sampai, sepertinya kita perlu mendidik guru-guru kita,” ujarnya.

Peneliti Universitas Indonesia Tri Iswandari menegaskan, sekolah harus menjadi ruang yang aman, hangat, dan sehat bagi anak. Guru harus mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah kekerasan, terutama di sekolah.

Pasalnya, jika dalam kehidupannya anak pernah mengalami perundungan, maka berpotensi menjadi masalah bagi siswa lainnya. “Kalau ada anak yang terus dalam keadaan (ancaman) ini, kalau dilepas tanpa pengobatan, menular kemana-mana, seperti pelaku intimidasi, pelaku intimidasi, biasanya dia punya riwayat kekerasan. buatlah model yang menginspirasi,” kata Tri.

Nah bagi para orang tua, penting untuk mengajarkan anak tentang manajemen amarah dan emosi. Anak hendaknya diberi pengertian untuk mengungkapkan perasaan yang baik. Artinya, anak harus mampu, disadari atau tidak, mengungkapkan perasaannya dengan cara yang tidak merugikan jiwanya.

Baca Juga :  Upaya Bangkitkan Pariwisata, dengan Inovasi dan Kreasi dalam Layanan Perhotelan

“Memang benar, tidak ada seorang pun yang lepas dari stres, tidak ada seorang pun yang lepas dari stres, tentu saja ada, tapi yang penting adalah bagaimana Anda menyikapinya. Bahwa, orang punya perasaan yang baik dan berguna, tapi cara mereka mengungkapkannya bisa” adalah diterima masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, orang tua dan guru harus mewaspadai masalah tersebut. Rasa sakit dapat terjadi selama masa kanak-kanak, ketika anak tidak menerima perkembangan yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya.

“Misalnya kehadiran ibu saat sedih, ada masalah dengan teman, seharusnya ada orang tua yang mendengarkan dan memahami perasaan anak, tapi kebanyakan orang tua tidak hadir secara emosional,” ujarnya.